Tentang Keturunan

penantian1

Di suatu ketika, di saat senggang, kau pernah bertanya tentang apa niatku mempunyai anak. Mungkin aku juga akan bertanya satu pertanyaan pula; Apa yang kamu harap dari anak-anak kita nanti? Tanyaku.

Niat dan harapan, keduanya mempunyai definisinya masing-masing. Bagiku, niat mempunyai makna mendalam layaknya sebuah keyakinan yang menembus ruang dan waktu. Harapan mengiringi setiap denyut nadi dalam terwujudnya suatu keinginan.

Jika kau bertanya tentang apa niatku mempunyai keturunan, seperti orangtua lainnya yang berharap kebaikan. Menjadikan keluarga dakwah yang saling belajar, mendukung, serta menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Sedari awal aku ingin anak kita nantinya tidak hanya menjadi kebanggaan karena kegigihannya dalam berjuang untuk kepentingan-kepentingan ummat. Pundaknya akan selalu siap memikul beban amanah kebaikan, profesional dan beban generasi melebihi apa yang kedua orangtuanya lakukan selama ini. Baca lebih lanjut

Dibesarkan Oleh Dakwah

bertumbuh

Dalam forum grub komunikasi, ramai berbincang-bincang lewat chat tentang salah satu dari penghuninya yang sebentar lagi akan menggenapkan separuh agama.

Grubnya memang sudah lama tidak aktif. Dulu, hanya 3 bulan saja waktu kami bersama beliau, waktu itu kalau tidak salah tahun 2016, singgah mengumpulkan visi, setelahnya melompat lebih tinggi untuk menebarkan misi, ‘pencar’ menuju ‘perusahaan’ masing-masing. Tapi ada hati yang langsung senantiasa lekat dalam setiap kesabaran dan ketenangannya, mungkin ini arti sesungguhnya keterikatan hati sesama muslim. Ah, jadi teringatkan semuanya… Baca lebih lanjut

Bercerita #2

antimo

Sebenarnya aku sudah bisa menahan mabuk darat, yang tak bisa itu cuma menahan janji-janji manisnya kamu, makanya mabuk. #halahbecanda

Jadi ceritanya ada project khitanan massal dari PT Medco untuk 3 lokasi di sekitar perusahaan mereka, keluar hingga 3 hari. Biasanya gak pernah-pernah dapet project insidental gini, karena fokus aku ya di bagian program reguler, tapi karena memang akhir tahun padat closingan temen-temen funding dan di hari yang sama ada 2 lokasi berbeda melaukan kegiatan, makanya aku juga ikut bantu, ya harus siap saling mensupport. Karena temen-temen funding sudah susah payah, aku sih siap-siap aja, karena ini juga bagian dari kerjasama tim. Baca lebih lanjut

Perjalanan

“… Seluruh kota merupakan tempat bermain yang asyik, Oh senangnyaaa, aku seeeeeenang seeekaliiii ~

Ciee yang sambil nyanyi :p Oke abaikan~

***

“Nasib memang kejam ya nak. Gak ada yang tau kita akan dibawa kemana. Ia melakukan hal sesukanya. Maka, kita pun bisa menanggapinya dengan sesuka kita. Bila ia membawa kita ke tempat yang sungguh jauh dibawah perkiraan, kita akan kecewa. Bapak sedang mengalaminya. Namun, daripada menyalahkan keadaan, bapak lebih memilih banyak bersyukur. Bersyukur atas hal-hal sederhana yang masih bapak punya.” Lelaki tua yang kami temui di perjalanan menuju Sumatera bagian Barat itu, bercerita dengan mimik wajah yang penuh ketenangan… Baca lebih lanjut

Pembelajaran

langit

Gan… Percaya kan, bahwa belajar itu tidak hanya tentang apa yang ingin kita pelajari, tapi juga apapun yang sedang kita hadapi. Sebab akan selalu ada pembelajaran disetiap keadaan. Kita tidak pernah tau, di mana, kapan, dan bagaimana Allah membuka mata, hati, pikiran kita menjadi lebih baik, bahkan untuk urusan yang ternyata kita anggab remeh, itu menjadi hal yang sensitif bagi orang lain. Rabb.. Semoga engkau ampuni segala kelalaian dan tetap mudahkan segalanya.

Yang pasti kita tau, bahwa perjalanan ini adalah rangkaian dari belajar, memahami, menerima bahkan mencoba. Baca lebih lanjut

Ke-Khawatiran

umar quote

Dulu, kita mengenal konsep keseimbangan dalam hidup; kehidupan karir, kehidupan sosial, maupun kehidupan pribadi. Konon katanya, kita tidak bisa mendapatkan yang benar-benar seimbang antara itu semua. Semakin lama, saya semakin menyadari bahwa konsep tersebut rasanya kurang tepat.

Hal yang sering saya lakukan adalah mengamati, meneliti, mengambil hikmahnya, menarik kesimpulan tentang mana yang bisa diterapkan dalam hidup dan mana yang tidak. Mendiskusikannya, meminta pendapat, kemudian menerima kritik. Beberapa pemahaman baru yang saya pegang akhir-akhir ini lahir dari proses-proses seperti itu. Baca lebih lanjut

Kisah Yang Belum Utuh

Februari, 2018.

Rindu memang gak bisa di atur ya, bro … Coba kalau bisa, mau gue kecilin volumenya, biar gak keliatan dari mimik wajah.” Fandi mengawali kengelanturan pagi ini dengan menepuk pelan pundak Ihsan sambil akting geleng-gelengin kepala.

“Lo ngomong apa lagi sik… lipas terbang! masih pagi nih woi, sakitnya ntar siangan dikit aja, gue lagi banyak kerjaan.” Ihsan menjawab dengan nada kesal tanpa berpaling dari layar laptop. Sementara Fandi tersenyum puas saat berhasil meledek teman sekantornya itu.

Ihsan masih serius menatap layar laptop dengan sesekali mengecek laporan untuk disesuaikan datanya. Maklum, dia harus menyelesaikan deadline pekerjaan yang ditunda dan pagi ini harus dikirim via email. Bekerja di perusahaan yang bergerak dalam industri kreatif sosial, membuat mereka harus cepat dan taktis dalam menyelesaikan pekerjaannya. Baca lebih lanjut

Bagus, gpp…

 

gandi

“Bagus, gpp”

Adalah kata-kata yang sering saya ucapkan pada mereka yang memilih, memutuskan pun juga kehilangan, terlepas dari sebuah penyesalan perbuatan, salah dalam keputusan atau khawatir yang berlebihan. Selayak manusia lainnya, dalam kesulitan apapun, yang kita butuhkan adalah ketenangan, bukan penghakiman.

Semua bisa belajar setelahnya, kadang kesalahan seseorang itu tidak mesti langsung di luruskan, karena ia bisa cepat patah. Bijaknya barangkali, biarkan mereka meneladani dari kesalahan sendiri.

Lalu bagaimana selanjutnya? Belajar menerima. Sering-sering meminta kepada Allah agar hati dilapangkan dalam setiap sujud dan doa. Sadar melakukan kesalahan itu anugerah, tidak semua orang bisa melakukannya, menerima kesalahan juga berat, tapi tanpa sadar bisa di lewati. Baca lebih lanjut

Seni BerMedsos

medsos

Kalau lihat photo ini, sudut pandangnya fokus ke mana?

Dalam tulisan penutup di postingan terakhir, saya menuliskan kalimat seperti ini; “Katanya kenikmatan itu perlu diumumkan, maka umumkanlah dengan cara yang mengandung hikmah. Umumkanlah dengan cara yang sewajarnya.”

Tau gak terinspirasi dari mana?

Ketika iseng buka tumblr, sebuah status terdampar di salah satu akun, bunyinya kurang lebih; “Seringkali kita perlu menyamarkan apa yang ingin kita pamerkan.” Dibuat sebagai sinisme terhadap perilaku pengguna media sosial yang seolah-olah berbagi, padahal pamer, seolah-olah menasihati, padahal memuja diri. Membacanya, membuat saya benar-benar sepakat, bahwa ilmu rendah hati adalah ilmu yang sangat sulit dikuasai. Terlebih di masa sekarang. Bantu kami, Ya Rabb. Baca lebih lanjut

Seperti Itukah Jiwa Kita Ini? Barangkali!

rumah gadang modern, padang

Pernah merasa ada di masa-masa penuh harapan dan rencana-rencana masa depan? Tiap hari dihabiskan untuk berjuang, mengejar, kadang istirahat sebentar, lalu bekerja lagi, berdoa sangat banyak, meminta, penuh harapan yang diulang-ulang sampai hapal.

Sekilas tidak ada yang salah dengan pola hidup seperti itu, karena kita juga tahu; jika tidak sibuk dengan hal-hal yang baik, maka waktu kita akan terisi dengan hal-hal yang buruk atau sia-sia. Tapi coba perhatikan lebih detail lagi, ada gak yang kurang dari pola hidup seperti itu?

Bersyukur, ya bersyukur. Selama ini mungkin kita menerapkan pola hidup setengah kosong. Mengaktifkan mode sadar bahwa gelas belum terisi penuh membuat terpacu untuk segera mengisinya. Terus dan terus. Bagaimana dengan setengah isinya? Baca lebih lanjut